07 February, 2010

bangkok


Satu seri dengan perjalanan Krabi, dan berlanjut hingga GeorgeTown :D-


Setelah berangkat dari Suratthani pukul 9pm, Kami berempat tidur di kereta api- sleeper 2nd class. 4 tiket yang tersisa berhasil kami dapatkan : 2 bilik tidur-atas dan 2 bilik tidur-bawah. Awalnya gw pikir fasilitas bilik tidurnya sama, Tapi ternyata tidak. Bilik tidur-atas tidak mendapatkan pemandangan ke luar. Langit2nya pun pendek, *terang aja harganya berbeda* Di bilik bawah ada jendela. dan spacenya lebih lega. karena sebagian kita mendapat lower-sleeper, jadi masih bisa nyobain.. mm.. ternyata jauh lebih nyaman, meski beda harga dengan upper-sleeper tidak signifikan! *hehe, coba kalo kereta mudik lebaran ada kelas sleeper juga*

Landscape-line yang tadinya didominasi tebing2 alam selama di Krabi-Suratthani berangsur berubah dari perkebunan>perumahan>perkantoran>dan ga nyadar dah nyampe aja di pusat kota Bangkok pada pagi harinya [8am, jadi total perjalanan sekitar 11jam]. Suasana hiruk pikuk mirip Jakarta, taxi dimana-mana, warna2nya pun nyolok mata. Ada pink, kuning, ijo, ungu terang, dan cyan! Penjual makanan juga keluar masuk kereta mirip di stasiun Jogja, *hehe jadi inget teriakan2 ‘popmi, kopi, mijon.. kolakolane mas’, tapi di sini ntah2, udah bahasanya ga ngerti, sahut2an lagi*

Sebelum keluar Hua Lamphong, sempet ketemu petugas information centre yang mirip 'Mulan Jameela' yang kemudian kami ketahui bernama Aminah, beliau membantu menulis alamat hotel yang kami dapat dari internet menjadi karakter2 Thai yang mirip huruf Jawa Kuno, buat ditunjukin ke supir Taxi.. *Arigatou-ne Aminah-San..* berdasar informasi Aminah ini, banyak penghuni Bangkok yang tidak bisa membaca huruf Roman [huruf latin] mereka hanya bisa berbincang dan membaca huruf Thai.
Gaswat! Jadi pengen 'hire' Aminah buat nemenin, kan kita takut kesasar.. *hehe..ngarep*

Perjalanan pertama setelah nyampe hotel adalah mencoba sky-bus, *lebih mirip MRT kalo di Singapur, tapi platformnya diangkat mirip monorail di KL*. Dan kita pun menuju ChatuChak Weekend Market..

Disana berkumpul PKL dari segala penjuru Bangkok. Menurut info tourism map, konon diperlukan waktu 2 bulan penuh kalo kita mau ngiterin semua lapak pedagang dengan berjalan kaki. Pedagang tidak selalu menempati lokasi dagangan yang sama. Yang dijual sangat beragam, dari yang kualitas abal-abal sampe yang koleksi ala butik. Harganya murah. Buat perbandingan kaos2 sekualitas Dagad* [dari segi material dan desain] dijual rata2 100Baht (Rp30rb-an), baju2 yang desainnya lumayan update juga sekitar 150an Baht (45rb), kalo beli banyak minimum 3 langsung harga diturunkan lagi [wholesale price] tanpa kita perlu menawar. Melihat situasi ini, langsung semua pada kalap belanja. Yang tua, yang muda, yang laki, yang perempuan, yang lokal, yang bule, semua nenteng2 kresek. hehe.. [ati2 ya kalo datang ke sini, sediakan waktu, uang, dan tenaga yang memadai.., juga jangan lupa sebelumnya menyisakan space di koper dan persiapkan sehingga over-luggage di bandara]
Di samping ChatuChak ini, ada taman kota yang luas.. nampak sebagai ruang publik yang berhasil. Di dalamnya ada pohon, tempat duduk, instalasi seni, dan kolam. Di sekitarnya ada station sky bus, pool taxi, pool bus, juga Station subway.. pas Sabtu Minggu rame banget! orang datang dan pergi dari berbagai arah..
Namun ada yang sama dengan taman2 di Indonesia, tamannya diPAGERin! *due to violences and chaos that happened there lately, maybe..* tapi titik keluar ke simpul transport dibuka sehingga sedikit menghalangi permeabilitas massa,
Ga kerasa sekitar 7jam kita muter2 di pasar akhir pekan ini, dilanjutkan menghabiskan waktu bersama penduduk Bangkok dan turis lainnya di taman Chatuchak untuk sejam kemudian..

Esok paginya kita menuju Grand Palace aka. istana Raja ภูมิพลอดุลยเดช ป [Bhumibol Adulyadej]. Harga masuknya naik jadi 350Baht [Rp.100ribu-an, info sebelum year-end masih 300Baht :(]. Agak mahal, tapi ta apalah.. may be once in the life time ngeliatin ‘keseriusan’ Kerajaan membangun istana dan kuil Budha dari emas 24 karat. Pas udah masuk ternyata ramai dan sangat panas. Iseng megang2 bangunan atau detail dari emas, ternyata adem lho.. [mungkin bisa jadi solusi buat anda yang tinggal di Jakarta, silahkan mencoba membangun dinding dan atap dari emas, wkwk..]
Atmosfer istana ini tidak semistis Istana Jogja. Mungkin karena terlalu ramai pengunjung.. Yang gw heran, Jarak bangunan2 di dalamnya sangat rapat, seperti sudah tidak ada lahan lagi saja. Padahal setiap bangunan dibuat dengan detail yang sangat menarik, sangat presisi, dengan elemen2 kecil yang indah.
Kalo gw disuruh mendesain ulang, Gw akan tarik sedikit lebih jauh jarak antar bangunan supaya pengunjung bisa menikmati setiap elemen dan detail dengan lebih baik. Problem lainnya yaitu panas matahari yang menyengat. Kalo lagi-lagi gw disuruh desain ulang, gw akan desain selasar2 yang adem, nanem pepohonan, dan meletakkan tempat duduk yang nyaman di sepanjang lintasan pengunjung..
Secara keseluruhan puas melihat ‘kegilaan’ konstruksi Grand Palace ini. Proporsi bentuk bangunannya sangat unik [dg pucuk2nya yang berangsur meruncing ke atas], eksekusi material [which is gold] yang sangat detail, juga olahan warna2nya meski meriah, nampak memiliki keteraturan.

Sepulang dari Grand Palace, kita ditodong oleh seseorang di luar pintu istana. Tadinya kita mau ke Wat Po, tempat Budha raksasa leyehan. Tapi orang ini memberitahu kalo di Wat Po sedang ada upacara dan akan berakhir pukul 4 petang [Waktu itu masih jam 12an siang, terik matahari naujubile] Dia menawarkan jasa Tuk-Tuk, hanya 20 Baht saja (Rp6ribu) dia akan mengantarkan ke Standing Budha, Sitting Budha, dan Golden Mountain diakhiri dengan kunjungan di Sleeping Budha *gw heran, ada yang bisa jelasin ga, kenapa Budha dibuat dg berbagai posisi?* tapi dia bilang di sela-sela kunjungan ini kita akan diajak ke art galleries sebanyak 6 tempat. Demi melihat atap TukTuk yang teduh dan kursinya yang kosong. Langsung saja setuju. *keputusan tanpa pertimbangan yang matang*
Perjalanan dengan Tuk-Tuk ternyata memakan waktu berjam2. Gw jadi mikir bagaimana bisa hanya dengan 20Baht dah dianter muter2 kota?. Kita ngelewatin perkantoran UN, kantor2 pemerintahan, kampus2 dan jalan2 utama Bangkok.. di sepanjang perjalanan, baru tau kalau perjalanan itu ternyata disponsori Art Galleries yang emang konon dah ga laku lagi. Sang supir yang masih berusia 23, Tik, menceritakan, dia dapat subsidi dari setiap toko yang kita datangi. [d*mn! tertipu..]
Setiap Art Gallery yang kita kunjungi memiliki ruang display yang luas dan kosong pengunjung. Penjaga2 dengan gigih menawarkan barang dagangannya yang harganya ga kira2. Ada tukang jahit yang nawarin model celana ala brand kondang dengan harga paling murah 2000Baht (Rp600rb-an), sampai galeri perhiasan yang menawarkan cincin atau kalung dengan mata ruby-thai paling murah 4000Baht (Rp.1,2jt-an), *noway-hosay. Jangan2 informasi upacara di Wat Po tadi berita bohong, Untung gw masih rela, gara2 disupirin keliling Bangkok dg murah-meriah..*

Selepas perjalanan TukTuk yang sukar dilupakan ini, Kami mencoba water taxi ke arah Pratunam [Shopping District]. Biaya perjalanan dengan perahu ini murah sekali. Kami hanya dikenakan ongkos 10Baht (Rp3rb) saja, menyusuri sungai2 Bangkok yang disampingnya berderet hunian2 publik setinggi 6-7 lantai, Nyupirnya kenceng lagi. Kenek yang nagih duit penumpang berdiri di samping boat, sambil akrobatik ngatur atapnya [naik turun saat lewat bawah jembatan]. Pembatas tepi terbuat dari terpal, bisa dikendalikan secara manual oleh penumpang dengan teknologi mekanika dan prinsip sambungan sendi yang sederhana.. *menarik! coba ya di Jakarta sungainya dibersihin trus ada perahu2 seperti ini, pasti sangat membantu transportasi dan pariwisata kota*
Kami mencoba masuk di satu mall namanya Platinum Mall, [ala2 Mangga Dua], barang2 dijual dengan harga super miring. Apalagi kalo kita beli dengan pembelian minimum 3, harganya turun lagi. Desain2 kaos yang mirip Giord*no dijual dengan 100Baht saja (Rp30rb), baju2 kerja mirip G200* seharga 200Baht (Rp60rb), warna dan modelnya okelah, hanya mutu materialnya kurang sedikit. Tapi buat barang murah dengan desain yang bagus, tetep banyak juga pengunjung yang memborong.
Pengamatan secara sekilas dari segi model baju-kaos untuk kaum muda di Bangkok hampir lebih variatif dengan harga setengah di Bandung, makanya dulu waktu di Bandung gw liat banyak distro dan toko yang menjual barang2 Thailand.. [fyi. di Bandung harganya menjadi 3 kali lipat]

Sekitar tempat gw menginap [Rajavithi], terdapat Victory Monument. Di sini, ga pagi ga malam, banyak yang menjual barang2 murah. Mirip PKL2 di Jakarta. Yang menarik, space pedestrian tidak terganggu. Taman kota juga masih berfungsi tanpa invasi pedagang, aliran pedestrian tetap disediakan. Terdapat struktur jembatan beton yang dinaikkan lengkap dengan escalator dan hanging garden buat meeting point atau tempat ngobrol. Elevated pedestrian ini juga berfungsi menghubungkan jalur pejalan kaki antara sisi jalan2 yang sangat sibuk-padat [fyi. 1 jalur kendaraan terdiri dari 4-6 lajur di downtown]. Di atas struktur yang sama terdapat jalur sky-bus. Di bawah tanahnya dilengkapi dengan subway train. *wuih.. sibuknya*

Makanan hampir sama dengan Krabi, harus pinter2 nyari yang Halal. Kendala bahasa ternyata tidak separah yang diceritakan oleh Aminah, masih banyak orang yang pandai berbahasa Inggris meski buta huruf latin, Terutama di daerah2 wisata dan belanja.

Setelah 3 hari 2 malam, kami pun mengakhiri perjalanan di Bangkok. Dan melanjukan ke Butterworth [di Pulau Penang, Malaysia]. Sama seperti sebelumnya, kami menempuh perjalanan kereta api malam, yang pemberangkatannya dari Stasiun Hua Lamphong.
Tadinya berharap ketemu Aminah lagi. Apa daya ternyata siang itu, penjaga kios informasinya berbeda. Wajah penjaganya kali ini lebih mirip pemain lenong bocah. Dengan setengah ketus, ketika kami tanya lokasi train ke arah Butterworth, dia menjawab, ‘Have you got the tickets? Go to Paltform 5!’
Wuduu.. Siap Bu!..
*hari ini Aminah kemana ya? Wkwk..*

krabi


Saat awal merencanakan liburan akhir tahun ini, Terfikirnya langsung ke Thailand. Sudah lama pengen pergi ke sana. Karena tertarik dengan arsitektur dan publikasi obyek wisatanya yang bermunculan di berbagai media,
Setelah ngoprek2 a*ras*a.com, Akhirnya didapatkan penerbangan 24/12/09 tengah hari. Dari LCCT langsung ke Krabi!

Krabi dipilih bukan karena pengetahuan gw akan objeknya yang menarik. Tapi lebih karena harga tiket penerbangan yang masih normal untuk peak season. Apalagi liburan natal-tahun baru. *Penerbangan langsung ke Bangkok waktu itu melonjak hampir 3 kali lipat dari harga biasa..*
Sempet agak nyesel pas ngecek di peta karena posisi Krabi lebih deket ke Malaysia sedang Bangkok masih 200an km di arah tenggara (Semenanjung Asia)..
*Artinya kita akan bulak-balik via darat karena perjalanan berikutnya menggunakan kereta malam dengan rute Krabi-Surathanni-Bangkok dan balik ke Malaysia melalui rute Bangkok-Butterworth [Pulau Penang]. Namun setelah diitung2 ulang perjalanan yang kami ambil ternyata lebih hemat. Karena tiket train pp masih lebih murah dibanding beli tiket pesawat langsung ke Bangkok saat peak season. Dengan spek train:second class-sleeper/bed+AC. Perjalanan malam hari ini kita pilih untuk mengakali biaya akomodsi hotel yang signifikan. Jadi untungnya berlipat, $_$*

Dilanjutkan surfing objek2 wisata di Krabi. Cukup kaget karena banyak sekali spot yang menarik. Ada pantai, goa, taman nasional, hutan, tebing2 dan sungai. Juga tawaran beragam kegiatan berkaitan dengan alam, seperti jungle track, kayak, kano, snorkeling, panjat tebing dan diving. Semua informasi mudah didapat. Bahkan beragam versi videonya bisa diunduh di Y**tube!
Berdasarkan informasi web juga, beberapa spot pernah dijadikan setting pembuatan film2 lokal-Thailand, Asia, bahkan Hollywood. Yang paling kondang tentu saja Aow Maya Beach di Phi Phi island [film The Beach], dan pulau2 yang menjadi tempat kejar2an Bond yang mengendarai boat tradisional (Longtail).
Pantai2 lain yang tidak kalah indah dengan pasir putih dan airnya yang jernih berwarna tosca letaknya saling berdekatan. Ada Phra Nang, Ao Nang, Rayley, dan banyak lagi dengan spelling yang sangat susah untuk dihapal.. [Googling sendiri y cuy..]

Karena banyaknya obyek wisata alam yang tersedia, banyak pula travel agent yang menawarkan jasa kunjungan dengan dengan sistem paket. Mungkin kalo dijumlah ada belasan jalur tour standar yang bisa kita ambil dengan sharing bersama turis lain. Bisa juga sih sewa speedboat atau Longtail untuk satu group sendiri. Tapi harganya untuk boat tradisional paling murah sekitar 5000an Baht (setara Rp.1.5jt) Paket yang menarik di antara semua itu pastinya paket Phi Phi Island. Sedang dua paket yang sepertinya juga bagus adalah 4 Islands Package [Phra Nang Bay, Tup Island, Chicken Island & Poda Island], ama James Bond Island package [menyusuri setting "The Man with the Golden Gun"]. Tour lain beragam, ada yang ke National Park, Jungle Track, Kayak, Snorkeling, dsb. kisarannya antara 450-2000 Baht per person [sharing boat, dan sudah termasuk lunch].
untuk mendaftarkan diri pada paket2 tour ini kita bisa kontek tour service di hotel tempat menginap atau nyari sendiri di deret ruko berjejer sepanjang tepi pantai Ao Nang. Kalo buat bule harganya bisa satu setengah kali lipat dibanding paket yang sama untuk turis Asia Tenggara. Namun bila anda memiliki kemampuan berbahasa Melayu apalagi Thai, harganya bisa lebih rendah lagi. Untuk perjalanan kami ke Phi Phi, kami dapat best deal dengan harga 1100 Baht. [Dibanding temen dari KL yang membayar 1400, atau bule yang dikenakan biaya mencapai 1700 atau 2000 Baht!] Gw rekomendasiin hunting biro travel di sisi Ao Nang daripada via hotel reservation, karena pasti layanan ini plus service tax.
*Kemarin kita dapatnya via Ismail yang jaga tour agennya Ao Nang Resort, lokasinya deket2 Seven-Eleven, di jalur pedestrian ruko Ao Nang. Ismail ini ngasih diskon lumayan karena nyangka kita orang Melayu. Tapi gw kagum dengan dia, meski jaga kios travel yang kecil kemampuan bahasanya trilingual [berbahasa Thai, Malay dan English :D]*

Untuk tempat tinggal bagi backpackers ada 2 pilihan lokasi, yaitu Ao Nang Beach dan Koh Phi Phi Island
>>Lokasi pertama hotel2 di Ao Nang. Settingnya sangat mirip dengan Legian-Seminyak kalo di daerah Kuta. di sini banyak penjual cenderamata, baju2 pantai, juga makanan buat turis. tapi ga serapi Legian.. lebih ramai dibanding Pangandaran. mm agak2 sekelas Pelabuhan Ratu lah [hyahh lieur]. *buat yang liburannya sekalian mau ke Bangkok, just save your money for shopping there. Harga di sini masih agak mahal (2 kali Bangkok).
Hotel2 di Ao Nang beragam mulai yang murah ala hostel sampai yang berbintang semua ada. Pengalaman gw tadinya nginep di hotel murah di lokasi yang agak jauh dari pantai (Ao Nang Cozy Resort). tapi karena toiletnya sedang bermasalah gw ditransfer ke hotel dengan owner yang sama ke tepi pantai dengan fasilitas setara bintang 4 (Ananta Burin Resort), hehe Arigatou ne Owner-San..
>>Lokasi kedua di Phi Phi Islandnya. di sini settingnya mirip banget dengan Gili Trawangan yang di Lombok. Jalanannya belum beraspal. Juga huniannya ala kadarnya hanya untuk berteduh di malam hari. makanan didominasi seafood dengan sayuran yang minim. Prediksi gw, di lokasi ini, air bersih-segar langka karena mereka menyuling dari air laut atau air tanah yang pastinya payau. Hanya kelebihannya adalah pantainya yang sangat indah! Juga tebing alam menjulang bertekstur rustic, gigantic setinggi puluhan bahkan ratusan meter *すごい! Sugooiiii!!*
Buat temen2 yang tujuannya berbulan madu atau liburan keluarga, di Krabi tersedia hotel atau resort dengan sistem cottage yang harganya agak mahal sekitar 5000an Baht. Rata-rata hotel jenis ini menghadap langsung ke Laut Andaman dengan private pool atau bahkan private beach! *mantab*

Pengalaman group jalan2 gw kemaren mengambil paket Koh Phi Phi seharga 1100 Baht. Itu sudah termasuk tour seharian (9am-4pm), dengan lunch prasmanan tropical food [salad-seafood-tomyam-fruit], pembagian botol air mineral dan P*psi yang tidak terbatas selama di atas speedboat. Kegiatan yang kami lakukan antara lain 2 kali snorkeling di lokasi yang berbeda, mengamati Gua Bajak laut, melewati Chicken island, melewati celah2 sungai bertebing di 2 sisi di Phi Phi, beristirahat di Aow Maya Beach, dan berakhir dengan mandi serta acara bebas di Bamboo Island. Pantai2 ini rata2 sangat sepi dengan view yang sangat indah ke laut lepas Andaman. Selepas itu sambil mengantar pulang rekan satu boat selama perjalanan kami menelusuri resort2 di pulau2 yang terpisah. Rata-rata resort ini memiliki private jetty yang decknya menjorok ke laut dalam.. *Awesome..*

Tentang makanan..
Krabi dominated by Buddhist. tapi masih ada 20%an Muslim. Jajanan tepi jalan beragam. Namun yang halal bisa dihitung dengan jari. Agak2 horor juga pas masuk restoran dengan label halal tapi tetep menjual minuman keras. Jadinya kita ragu dengan makanan berdaging yang mungkin belum sesuai dengan syariat saat penyembelihannya. Karena setelah ditelusuri mereka pun belum paham benar tentang definisi halal. Sepengamatan gw, mereka memaknai halal itu kalau tidak mengandung babi saja. Jadinya kemarin kami mencari resto dengan pedagangnya yang berjilbab dari Melayu, menjual all seafood, atau menu sayur-seafood kalo susah.

Untuk perjalanan darat terdapat bus dan train [yang diakses dari main city terdekat yaitu Surathanni], Tiket bus dan train bisa dipesan mendadak via tour travel setempat, karena bila pesen via internet mahalnya bisa 2 kali lipat.. fyi. dari Krabi ke Bangkok dapat ditempuh selama 12 jam via night train dengan kasur [sleeper] harganya berbeda atas-bawah untuk Second class harganya berkisar 300ribu rupiah [1000an Baht], tiket ini pun kita pesan via Ismail. Harganya lebih logis. Sebelumnya kita coba pesan via internet harga yang ditawarkan lebih mahal 100%, untungnya ga jadi dipesan karena dia mensyaratkan pembayaran yang verified by Vi*a,

secara keseluruhan liburan Krabi ini mengingatkan akan Bali dan Lombok. Namun dengan setting yang lebih alami dan paket2 tour yang menggunakan fasilitas bagus dengan harga yang lebih murah dibanding paket2 yang sama di Nusa Dua. Selamat mencoba teman2..

2010!

Berikut jadwal libur dan sebagian shaum untuk 2010m/1431h supaya bisa ditandai di agenda atau kalendar teman-teman, *dikompilasi dari berbagai sumber*

Januari
1/libur tahun baru masehi, 1/shaum pertengahan bulan muharram, 15 /gerhana matahari, 29-30-31/shaum pertengahan bulan Shafar

Februari
14/imlek, 26/maulid Rasul, 27-28/shaum tengah bulan Rabiul Awal

Maret
1/ shaum tengah bulan Rabiul Awal, 16/nyepi, 29-30-31/ shaum tengah bulan Rabiul Tsani

April
2/wafat isa almasih, 28-29-30/ shaum tengah bulan Jumadil Ula

Mei
13/kenaikan isa almasih, 27-28-28/ shaum tengah bulan Jumadil Tsaniyah, 28/waisak

Juni
26-27-28/ shaum tengah bulan Rajab, 26/gerhana bulan

Juli
10/isramiraj, 25-26-27/ shaum tengah bulan Syaban

Agustus
11-31/Shaum Ramadhan, 17/hari kemerdekaan RI

September
1-9/shaum Ramadhan, 9-13/cuti bersama id fitri, 10/id fitri, 11sep-8 okt/shaum 6 hari syawal, 22-23-24/ shaum tengah bulan Syawal

Oktober
21-22-23, shaum tengah bulan Dzulqaidah

November
16/shaum arafah, 17/id adha, 18-19-20/hari tasyrik, diharamkan shaum, 21-22/ shaum tengah bulan Dzulhijjah

Desember
7/tahun baru hijriah 1432 H, 15-16/Shaum Tasu’a dan Asyura, 19-20-21/ shaum tengah bulan Muharram, 21/Gerhana Bulan, 24/cuti bersama natal, 25/natal

dby ksyl

Hari ini ada external panel untuk assessment hasil kerja students dari UTM.
Salah satu dari mereka adalah seorang berkebangsaan Bangladesh, Dr. Mabrur Abdurrahman. Wajah beliau tidak jauh berbeda dengan rekan senegaranya yang menerima nobel melalui gerakan ekonomi kelas bawah-Grameen Bank-, Prof. Mohammad Yunus. Hanya saja Dr Mabrur ini sedikit botak, keriting, lengkap dengan gelengan kepala mengikuti obrolan bahasa Inggrisnya yang berdialek khas Hindi..
Yang menarik dalam pertemuan ini bukanlah diskusi final marks for my students, Tapi obrolan yang menguak tabir di balik nama saya, Dibya Kusyala..

Sejak dulu, banyak yang menganggap unik nama Dibya Kusyala. Mengulang suku 'ya' sehingga agak-agak Nyunda. juga memper Dibyo yang tipologinya banyak dipakai oleh Wong Jowo..
setelah diubah menjadi Dibya dengan akhiran Kusyala, jadi berasa agak2 kontemporer. *wkwkwk..* Tapi tetep kontekstual dengan culture Indonesia. *sibuk!*
Entah orang tua Gw dapat inspirasi dari mana.. Baru dugaan awal, nama ini berbau Sansekerta..
Yang pasti, setiap kenalan dengan orang baru, agak susah menyebutkan nama Dibya. Jangan berharap mereka tahu nama DIBYA dengan sekali sebut. Apalagi ngayal mereka hapal dengan cepat. Statistik menunjukkan 85% mereka pasti salah sebut menjadi Libya, Dipya, Divya, dibiah dan varian lain yang jelas mengada2. Entah kuping mereka yang agak2 budi atau memang lidah gw cacat lafal. Sampai2 setiap kenalan, gw siap mengeja huruf-huruf di nama Gw sebelum kesalahan fatal tersebut berulang dan berulang.. Di, Ai, Bi, Wai, E - De, I, Be, Ye, A, DIBYA! *fiuhh..*
Kadang kalo gw lagi males mengeja, gw biarin. Sehingga banyak tahunya Gw dengan sebutan yang salah. Bahkan sampai berbulan-bulan kemudian. Debyo.. dibdib..dipia, *terserah elo dah, ape elo kate.. hehe..* tapi ujung2nya pasti ngebenerin juga karena risih.

Dalam Islam, disebutkan bahwa nama adalah sebuah doa. Gw tetap berbaik sangka tentang makna di balik nama gw. Namun belum sempat lagi Alm. Bapak mengutarakan arti tersebut, Beliau sudah berpulang. Teman yang dulu dosen yang sedang mengambil S3 di India pun gw amanahkan untuk mencari tahu. Tapi hasilnya agak ganjil.
Dibya disebutkan sebagai panggilan untuk anak kecil yang disayang sebangsa Upik kalo di Indonesia dan Kusyala artinya bilangan kesekian.. *he? aneh.. Orang tua Gw pastinya mikirin makna yang lebih dalam lah Jek..*
Temen yang sedang ambil master di Singapur dan berteman banyak orang India menjadi sasaran berikutnya. Lagi2 misi mencari makna nama ini gagal.. karena ga banyak juga orang India yang belajar Sansekerta.
*Is there any Sanskrit expert on this Earth? so curious to death*

Sampai siang 16 Des 2009, tiba2 Profesor UTM ini secara personal membuka percakapan. 'Your name actually Bangla's Name. Dibya Kusyala. But are You Indonesian, Right?'
di samping list nama pengajar yang mencantumkan nama gw, Beliau menunjukkan tulisan tangannya yang mirip teks Mahabarata. Menurut beliau itu nama gw dalam huruf Hindi. *hoho.. menarik..*
+'ok let me tell You something, Dibya means Bright and Kusyala means Engineering, so Your Father really wanted You to become an Architect. Because this phrase could be freely translated into a 'Smart Engineer'!'
>*ha? serious?*
+'yes, that's your name meaning Son..'
>*ah-so!.. :D*
...
'Could You translate my Sibling's because they're seems Sanskrit names also,
-Medha Bhaskara, Laksmi Bhawanti, and Tantri Iya Rasti-
please Sir?'
...
+'Medha Baskara,
well, Medha is a synonym of Intelectual, and Baskara is a Sculpture or art installation, or if i'm not mistaken it would be an 'Intelectual Person with a touch of Arts'
*wohohohoo*'
'Laksmi means Good Fortune, and Tantri is Theoretical,
those words seems to be so 'academic' ya? By the way, what actually Your Father was Son?'
>'hmm,
My father was a high school teacher Prof,
But i knew Him as an artist, He painted on his spare time.
His last works were some Batik Paintings with manual bright poster coloring, :D
...
but sorry Sir, did You really learn Sanskrit before?'
+'A little bit lah,..
Your Father must praid a lot to Your family, Son'
>'Thanks a lot Prof.. really kind of You'

*my father must praid a lot to Us*,
YES, HE WAS..

*..Ya Allah, ampunilah dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka.. amin..*

bandung


'wilujeng sumping di Bandung' is Sundanese sentence to welcome you in Bandung, because your coming is our happiness..

Sepuluh tahun dalam periode 1999-2009, sangat cukup untuk menjejakkan kenangan dalam akan Bandung.. kota pegunungan yang padat-dinamis dengan muda-mudi yang selalu siap pasang aksi *lirik lagu 80an :D*. Komunitas kreatif Bandung memang menjadikan kota ini berbeda. kalau belum pernah, silahkan datang, insyaAllah mendapatkan atmosfer baru.. yang segar-alami, sekaligus modern-kontemporer.
Kalau jeli, selain Factory Outlet dan Tangkuban Perahu, ente akan banyak menemukan Distro dan Butik baju, Biro Arsitek (kelas teri sampai urban designer kelas kakap berpraktek), Grup-grup band Indie (yang ujungnya jadi pro, ga cuma beken di Indonesia tapi nembus Malaysia dan Singapore..), radio2 dengan siaran musik dan hiburan yang selalu update, cafe-cafe dengan konsep baru, industri rajut, industri kaos, bisnis dekorasi, fotografi, museum patung, dan buanyak lagi..
siapa ga kenal Melly? Nyoman Nuarta? Sunaryo? 347? Urbane? Peterpan? Fitri tropika? Sogi? Ringgo? Dan sederet nama yang menjamin dinamisnya bandung dengan ide-ide segar dan bekerja sesuai dengan hobinya. Kelompok ini didominasi oleh kaum mudanya. Unik, ga boring and very fresh..

Buat yang masih beginner tentang Bandung. Cerita tentang kota ini bisa jadi panjang dan lebar. karena setiap tempat memiliki kekhasan yang membuat dia beda. Based on my interest, berikut list rekomendasi kalo mau jalan ke Kota Bandung..

Pertama, gedung-gedung art deco di kitaran Braga dan Asia Afrika juga bangunan kolonial peninggalan Belanda yang tersebar rata. Beberapa gedung masih berdiri sebagaimana aslinya. Dan tetap dilestarikan untuk menandai perjalanan 'Parijs van Java' yang di awal dihias dengan serius oleh arsitek-arsitek asing (yang bisa jadi beken saat itu).
Untuk berziarah kawasan bersejarah, direkomendasikan mengunjungi Braga, Pertokoan Pasar Baru dan Gempol. Braga merupakan lokasi tempat konsentrasi tipologi perdagangan kolonial yang mewah di jaman penjajahan. Sedang Pasar Baru adalah tempat perkembangan tipologi rumah-toko yang mengadopsi bentukan arsitektur China yang bersatu dengan arsitektur Hindia Belanda. Pada tahap awalnya bangunannya mirip kota-kota tua di nusantara yang berkembang dengan arcade bersempadan nol. Sayang sekali sebagian besar sudah diubah bentuk menjadi bangunan modern. Tapi kalo jeli, masih menemukan sisa peninggalannya di beberapa titik. Dan yang terakhir permukiman berlapis struktur sosial di Gempol (belakang Gedung Sate). Coba amati dengan baik 'kekompakan' struktur ruang Karsten, yang tidak membuat kaum 'Tajir-Medioker-Kere' tersegregasi dengan keras. Sehingga semua bisa hidup rukun bersama-sama. Idealisme sosial yang mendekati kenyataan.

Bangunan kolonial yang tidak jauh dari bentuknya semula karena masih dipertahankan dapat diamati pada beberapa sudut kota antara lain Savoy Homann, Preanger, Aula ITB, Villa Isola, Katedral, Gereja Bethel, Balai Kota, Gedung Merdeka dan masih banyak lagi titik yang menarik. Gedung-gedung ini sekarang masih difungsikan. Beberapa sesuai fungsi asli dan ada yang berubah sesuai dengan kepemilikan properti dewasa ini. Misalnya Savoy tetap menjadi hotel setelah dirombak cukup drastis saat sebelum Konferensi Asia Afrika. Namun Isola berubah dari vila peristirahatan menjadi Gedung Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia a.k.a IKIP Bandung

Kedua, gedung-gedung baru yang menandai berkembangnya arsitektur kontemporer. Bangunan jenis ini yang gw tahu banyak terdapat di daerah Dago yang memang terkenal masih asri dan segar, dengan kontur alamnya berupa perbukitan. Misalnya Galeri Sunaryo (desain Baskoro Tedjo) yang mengolah bentuk 'selasar' (coridor dengan atap kecil yang menempel pada bangunan induk dengan skala yang intim), Gedung Disc Tara (desain Ahmad D Tardiyana, yang terbangun sekitar 90an dengan pendekatan modern architecture di Dago), Dan yang terbaru yang lagi heboh, Rumah Botol Kratindaeng’nya Ridwan Kamil yang tersusun dari sekitar 40.000 botol kecil sebagai struktur dindingnya. Karya lain seperti hunian rancangan Tan Tjang Ay, Tan Tik Lam, untuk tipologi hunian cukup memberi dinamika perencanaan dan pembangunan Bandung dewasa ini. Untuk lebih lengkapnya, silahkan ‘googling’ sendiri, hehe..

Ketiga, tempat-tempat belanja baju bagus-murah dan makanan enak yang kedainya nyaman :D.
List rekomendasi Factory Outlet buat yang nyari kaos2 unik di 'Heritage' (di kompleks Factory-Outlet Jalan Riau), sedang brand items dengan koleksi terbaru banyak ditemui di 'Rumah Mode' (Kompleks FO di Jalan Setiabudhi), Tempat makan tersebar di banyak lokasi, tapi menurut gw yang paling menarik dari sisi suasana : 'Kampung Daun' di Triniti, 'Warung Lela' di Ranca Kendal. 'Kampung daun' dirancang secara landscape memiliki view dalam site. Sedang Warung Lela, memiliki atmosfer butik klasik dengan harga yang sangat terjangkau.
Kalau mau yang banyak pilihan untuk makan beramai-ramai, dengan memperhatikan kaum muda-mudi Bandung berkumpul, bisa mencoba Mall Parijs van Java (PvJ), Cihampelas Walk (Ciwalk), atau cafe2 yang subur di sepanjang Dago dan Ranca Kendal di bagian atas. Pada momen khusus, terutama weekend, biasa dimeriahkan dengan live performance local artist. Buat yang hanya mau camilan bisa juga mencari Brownies Kukus, KartikaSari (dua2nya ada di Dago), atau Cizzcake di Jalan Laswi (Terusan Riau),
for me, those are the best food shops in town.

Keempat dan terakhir, buat yang agak-agak memiliki visi kerakyatan. Untuk mencoba 'aseli'nya Bandung, bisa datang di Pasar Rakyat yang hanya buka di hari Minggu. Titiknya ada 2, yang satu dekat 'downtown', di depan Gedung Sate, namanya lapangan Gasibu, dan yang satu lagi agak ke tepian, namanya Punclut. Di dua lokasi ini, Semua benda dijual murah. Sayur-mayur dari Lembang pada 'turun gunung'. *Brokoli seharga 2ribuan, nanas madu 3ribuan, susu murni 4ribu seliter, baju-baju distro dan outlet banting harga sekitar 30ribuan. Tapi musti pilih2 dengan cermat!*,
Untuk nyobain selera lokal yang didominasi oleh sayuran dan buah-buahan semi mentah, bisa mencoba Lotek, Rujak, dan Gado-gado. Titik kedainya di Jl Kyai Gede Utama, di belakang Borromeus. Jenis-jenis ini selain murah meriah juga memiliki keunikan rasanya tersendiri. Makanan khas Sunda memang tidak banyak diolah terlalu rumit. Selain mudah juga masih banyak mengandung serat, cocok buat yang sedang diet dan vegetarian..

Nah, silahkan mencoba..:D

Singapore


Sejak jaman kuliah gw bayangin Singapore adalah negara Asia dengan kehidupan ala barat yang modern. Meski negaranya kecil, tapi bangunan dari negara ini berderet di daftar isi Phaidon Atlas of World Contemporary Architecture. Beberapa arsitek kondang dunia terus membuat karyanya di negeri ini. Mulai Zaha Hadid, Toyo Ito, Norman Foster, Moshe Safdie dan banyak lagi.., Konsultan lokalnya juga mulai merambah proyek-proyek desain di Indonesia, Malaysia, Philipine, Thailand, bahkan akhir2 ini ikut andil di perencanaan2 di Timur Tengah. Coba perhatikan plang pembangunan property dan mal-mal di Jakarta, nama WOHA, DP Architect, Surbana dan konsultan2 Sg nempel di proyek2 tersebut,
Nampaknya industri kreatif menjadi satu tonggak ekonomi majunya Singapore.

Sistem yang bagus, dinamis, dan jelas membuat bakat2 terbaik dari negeri tetangga tersedot. Tentu saja magnet utamanya uang dan fasilitas. Siapa ga mau gaji 6.5 kali lipat Jakarta dan 2.5 kali lipat KL. Plus pergerakan dengan sistem MRT yang wuswuswus.., kemudahan akses penerbangan ke mana saja, pusat hiburan dan belanja yang mungkin salah 1 terbaik di dunia saat ini. Ga heran alumni Institut Teknologi tercinta juga kampus Negeri dan Swasta dari negeri kita satu persatu berangkat. Gettin' the real things there, :D
Gw pernah ikut presentasi di Jurong yang kebetulan salah satu board pentingnya alumni Gajah Duduk. Disebutkan bahwa penduduk Singapore sekarang ini jumlahnya sekitar 4.5 juta. Dan masih akan mengundang sekitar 1.5 juta lagi orang dengan bakat dan kemampuan lebih untuk tinggal di sana. Buat yang dah stay dan lama di Singapore, mungkin tahu banget kalau negeri ini aslinya didominasi kaum Peranakan China dan Melayu yang cenderung malas. Akibat program pemerintah Singapore jaman Lee Kuan Yeuw, bangsa ini berubah menjadi bangsa yang memiliki etos kerja tinggi. Mereka menyiapkan diri untuk terdepan di bidang2 strategis. Seperti pelabuhan dan teknologi2 paling mutakhir di Kawasan Asia Tenggara.
Dari hal kecil, mereka dilatih dengan tertib. Misalnya menunggu antrian masuk bus dengan line besi yang membentuk aliran orang. Sampai yang besar seperti perencanaan pendidikan bagi kaum mudanya. Warga yang dinilai cerdas sudah diarahkan sejak dini untuk masuk ke universitas unggulan dan bila perlu difasilitasi beasiswa oleh industri dan pemerintahnya. Sedikit demi sedikit penduduk dapat meningkatkan taraf kehidupannya. Walhasil index kualitas hidup Singaporean pun termasuk yang terbaik. Bahkan pendapatannya termasuk yang tertinggi dalam list penghasilan rata-rata warga negara di dunia.

Menjadi warga negara di negeri ini entah bagaimana rasanya? Gw sampai pernah berburu film di pusat dvd bajakan yang lumayan terkenal di Bandung. Judulnya kalo ga salah 'Singaporean Dreams', *agak2 Amrik*. Bener seperti dugaan gw sebelumnya. Keseharian mereka didominasi oleh materialisme. Untuk bertahan hidup, mereka berfikir keras tentang bagaimana mendapatkan uang yang banyak. Bahkan kalau bisa mereka dapat menikmati kemewahan2 yang mampir di depan mata setiap hari.
Dikisahkan sang ayah mengirimkan anak laki2nya untuk sekolah ke US, guna kembali dan menjadi sumber ekonomi baru keluarga yang 'sangat' potensial. Sang ayah yang hidup di tengah keterbatasan terus berfikir untuk mendapatkan kondo atau mobil yang sehari-hari mereka lihat di jalan-jalan utama kota. Sayangnya sang anak kurang beruntung dan ga bisa diwisuda di US. Kepulangannya tidak membawa ijasah degree, namun hanya diplome saja..
Agak miris dalam cerita itu ketika ayah mereka diceritakan meninggal setelah menang lotere sejuta dollar Sing. Anak cowoknya pulang juga. Ia memaksakan beli mobil demi gengsi karena dia baru pulang dari US. Dan ninggalin tunangannya karena dia lihat wanita ini kurang menfasilitasi tujuan utamanya masuk golongan elit Singapore. Sedang anak kedua yang perempuan nampak lebih realistis. Dia ingin membangun rumah tangga meski serba berkekurangan. Sang anak perempuan ini berharap uang itu sebaiknya dialokasikan untuk pelunasan hunian yang mereka cicil. dan membayar hutang-hutang yang terus menumpuk.
Dikisahkan sang ibu yang memiliki hak atur warisan mencoba seadil mungkin dengan menginvestasikan uang lotere untuk mencicil flat baru dan sekolah cucunya.. si anak cowok yang terlanjur membeli mobil mewah tidak mendapatkan bagian untuk pelunasan mobilnya sehingga ia marah besar. Kemudian sang ibu memilih pergi menghilang. Meninggalkan 2 anaknya dengan kehidupannya masing-masing..
Berakhirlah cerita itu dengan pelajaran mendalam tentang keluarga. Semakin modern sebuah komunitas, semakin hilang ikatan-ikatan sosial yang ada di dalamnya.. Money we still can find lah, but RELATIONSHIP should be maintained, even it looks so 'borderless'..

Di balik segala duka sosial yang menyertai, komitmen akan modernitas-profesional dijawab dengan tegas oleh Pemerintah Singapore. Pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup warga tetap dilakukan. Contohnya Marina Bay yang dulunya laut diuruk menjadi daratan, dibangunkan fasilitas yang terus serba baru dan menarik. Ruang-ruang publik dihidupkan dengan amenities yang layak guna meningkatkan intensitas kegiatan sosial warga. Komersial distrik terus dipercantik dan dimudahkan aksesnya sehingga selalu ramai. Turis terus berdatangan dengan promosi yang gencar dan atraktif. Pilihan yang benar2 diambil dengan membayar segala resikonya..

Bangunan dan lansekap tengaran dibangun secara serius dengan setting yang hampir mirip landmark2 dunia yang sukses. Esplanade mengadopsi Sidney Opera House, Singapore Eye mencontek London Eye, Orchard yang sekondang Champs-Élysées di Paris. Cukup cerdas, belajar dari kesuksesan orang lain :D
Kalau gw lihat dari satu kasus, perencanaan perumahan misalnya. Pembangunan di Singapore awalnya berfokus pada implementasi standard dan pengadaan fasilitas dan pendukungnya asal ada aja dulu dan sesuai ketentuan. Baru kemudian ditingkatkan kualitas dengan sentuhan seni dan perbaikan mutu material serta penambahan kelengkapannya. Misalnya rumah tinggal, awalnya tahun 60-70-an, Semua keluarga direncanakan untuk dapat rumah saja dulu. Fisiknya ga jauh beda dengan rusun di Jakarta sekarang, sangat standard. Untuk pergerakan vertikal, semua menggunakan tangga. setelah program ini selesai dilanjutkan dengan program upgrading. Fasad direncanakan kembali dengan pengecatan, pengubahan material baru. Tangga diubah menjadi lift. Taman sekitar hunian ditata kembali dengan perencanaan lansekap yang baik dsb.
Program upgrading ini terus dilakukan. Perkembangan terbaru muncul beragam tipologi dari hunian ini. Ada flat untuk yang standard, Apartment untuk kelas menengah, dan Condo untuk kelas premium. Semakin tinggi kelas huniannya, semakin dilengkapi dengan fasilitas yang lebih baik, seperti taman, kolam renang, gymnasium, dll.

*Still wondering and comparing to Indonesia* Akankah suatu saat Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, Malang, dan Denpasar bisa serapih ini?
Perumahan masih sibuk berkutat tentang pengadaan saja. Belum bergerak ke perbaikan dan kemungkinan lanjutan keuntungan pemerintah kota untuk mengendalikan bisnis property guna kepentingan rakyat.
Dan masalah lain yang tak kalah penting. Yaitu transportasi publik yang memudahkan pergerakan warga. Juga ruang-ruang publik tempat warga meningkatkan kegiatan sosial dan merasa menjadi bagian dari sebuah komunitas.
Wohoho.. pekerjaan yang sangat panjang yang perlu kita lakukan. Kalau sekarang kita rintis, mungkin anak cucu kita yang baru merasakan hasilnya.. :D

Gw jadi ingat waktu dulu jaman kuliah Pak Danis pernah berkata, 'bila ingin lihat keseriusan pemerintah lokal membangun kualitas kotanya. berjalanlah.. rasakan ruang-ruang skala manusia, di jalur pedestriannya.. di jalur2 transportasi publiknya.. ruang2 publiknya.. kejelasan sistem informasinya (plang2 daerah, jalur2 MRT, billboard2 iklan, dsebagainya).
selama mengalami ruang publik di kota ini, lumayan jelas. Menuju satu titik pun jauh lebih mudah dibanding kita ada di tengah Kampung Rambutan mau ke Lebak Bulus, Again my friends, Let's Fight!

kuantan, negeri pahang darul makmur


Di tengah ramainya berita Iklan Enigmatic Malaysia di Discovery Channel, berulangnya siksaan terhadap TKW dan kebijakan pengurangan TKI ke Malaysia, terbit juga surat panggilan bekerja sebagai pengajar di Program Kerjasama Senibina Universiti Teknologi Malaysia di Shahputra. Dengan keyakinan 'Rencana Allah itu Yang Terindah', akhirnya memilih untuk berangkat. Karena setelah ditimbang2, merupakan yang terbaik dari pilihan yang ada saat itu. Bismillah..

Dan mulailah tinggal di Kuantan. *Kuantan-bukan Kelantan :D* meninggalkan Bandung dengan segala suka-dukanya..
Kota ini merupakan ibukota Negeri Pahang Darul Makmur, lokasinya sisi Pesisir Timur Semenanjung Malaysia. Kalau berangkat dari KL (tepatnya terminal Pekeliling) sekitar 3 jam ke arah Timur. Melewati hutan juga perkebunan kelapa sawit. Saat petang atau pagi hari melintas di jalan ini, sering disuguhi pemandangan yang menarik. Berupa awan rendah atau kabut tipis di sela pepohonan yang beragam jenis. Di tepian tol ini juga, terdapat pemberhentian bus di setiap kota kecil yang dilewatinya. Kira2 panjangnya hampir 1.5 kali Tol Cipularang (Bandung-Jakarta). Pada titik tertentu terdapat terowongan, juga hasil ledakan bukit batu untuk perataan jalan dalam skala yang raksasa.

Negeri Pahang dikenal dengan wisata alaminya. Pernah denger Genting Highland? ya, itu juga ke arah yang sama dengan Kuantan (tapi lebih dekat, hanya 1 jam perjalanan dari KL). di sepanjang jalan ini pula terdapat banyak belokan menuju lokasi wisata lainnya, ada Bukittinggi dan Taman Negara (Taman Nasional terluas berupa hutan hujan tropis yang sudah diolah menjadi kunjungan wisata dengan fitur lintas hutan, susur sungai, resort tengah belantara, 'hiking', dsj). Kelebihan lainnya adalah pesisir timur yang memiliki pantai pasir putih dengan beragam atraksi (pengembangbiakan penyu di Cherating, batu2 beku dalam bongkahan besar di Teluk Cempedak dan kerang serta pantai tebing di Balok).

Kuantan mungkin bukan tujuan wisata populer bagi para pejalan. Kotanya juga tidak seramai KL. hanya infrastruktur jalan dibangun dengan baik. seperti kota kecil lainnya, tidak terdapat public transport yang memadai. Jadi van (antar-jemput) dan taxi menjadi pilihan untuk bepergian bagi yang belum memiliki kendaraan. Buat gw yang terbiasa mobile dengan motor di bandung, kondisi ini cukup menyulitkan karena aktivitas yang tadinya relatif bebas menjadi terbatas dengan rutinitas yang lebih terjadwal. Transport ini juga yang menyebabkan pelajar tidak datang tepat waktu saat kelas :(, (alasan wee..)

Sama juga dengan Bandung, mall-mall besar dengan tenant sekelas Carrefour dan Giant mendominasi Pusat Bisnis Distrik di tengah kota. Sisanya deretan Ruko (yang dipanggil Rumah Kedai atau Kedai Pejabat) yang tersusun sama di sepanjang tepi jalur utama.
Tidak hanya ruko, rumah2 banyaknya dibangun seragam per blok yang dikembangkan oleh Developer. Konon nilai properti di wilayah Kuantan termasuk yang mahal dibanding dengan kota2 yang sekelas dengannya. Untuk sewa 1 unit rumah kosong tanpa perabot sekitar RM300-400-600 (tergantung besar rumah) di tepian kota. sedang di tengah bandar, apartemen (standard furnished) atau hunian landed berkisar minimum RM800. Sedang untuk pembelian hunian baru harganya sekitar RM200.000-400.000an untuk tipe standard di tepi kota. Fyi, rumah dapat dibeli dengan angsuran jangka panjang juga (dengan tempo sekitar 25 tahun).

Penghasilan orang Malaysia beragam. untuk maid, pegawai perkebunan, pekerja konstruksi sekitar RM500-800 per bulan. tapi makan dan tinggal biasa tertanggung. untuk pegawai kantor standard sekitar RM1000-2000 (tergantung posisi), tapi kalau memiliki gelar S1 berkisar RM2500an di awal, pemilik master degree berkisar RM3000 untuk freshgrad, dan RM3500-4000 untuk yang berpengalaman. Standard ini sepertinya 3 kali gaji standard di Indonesia. Dan sekitar setengah dari Singapore. Tapi, untuk kota besar, seperti KL, gaji biasanya lebih besar. Buat pekerja expatriat, skim ini biasanya sekaligus disertai kelengkapan fasilitas hunian, juga transportasi. Namun bila sewa atau menggunakan transport umum, akan diberikan 'allowance' tambahan per item tersebut. untuk pekerja dengan skill yang sedang dicari, bisa menembus level RM6000 meski dia baru tingkatan freshgrad S1!
*RM1 sekitar Rp 2.900an*
untuk transportasi hampir semua orang memiliki kereta (mobil) atau motorsikal (sepeda motor). kepemilikan mobil dan motor ini sangat mudah asal kita memiliki tanda kependudukan setempat dan surat keterangan bekerja, dapat mencicil jangka panjang (sekitar 10 tahun untuk mobil dan 5 tahun untuk motor). Harga mobil termurah adalah Kancil (di Indonesia Daihatsu Ceria) dengan harga RM35.000,- dan jenis yang lebih tinggi bisa berjenjang sampai tak terbatas. Setelah dibandingkan, untuk tipe yang sama, harga mobil di Indonesia sepertinya masih lebih murah. Tapi tetep, skim pembayaran yang jangka panjang ini sangat memudahkan. Terutama bagi kelompok pekerja-keluarga baru.

TKI banyak juga. Tercatat 3 kali kunjungan ke KL by bus, yang duduk di sebelah gw adalah orang Indonesia. Ada yang bekerja sebagai laden, tukang, mandor, waitress, maid, atau tenaga profesional. Untuk pengajar kolej saja yang dah kenal ada 9 orang. Belum lagi mahasiswa Indonesia yang sedang mengambil S2 dan S3 di universitas2 setempat. Setiap level ini memiliki kisah beragam (biasalah, suka duka di perantauan). Kalau mendadak akrab, 3 jam ke KL bisa tak berasa, karena saling bercerita atau seringkali kecolongan curhat ttg pekerjaan :)
selain TKI, banyak orang lokal yang juga keturunan Indonesia. seperti Kepala HRD di kampus gw yang ternyata keturunan Jawa dan sering menyapa, 'Yo'opo rek? waras koen?', atau aunty Cleaning Service yang Malaysian sering menyapa pagi2 sambil menyapu, 'piye wis mangan Sarapan rung?' hehe..

Restoran Indonesia dengan Spesifikasi makanan nusantara meski sedikit, ada juga. yang nampak dan pernah berkunjung, ada warung bakso yang juga menjual ayam penyet, Soto, Rawon, dan Pecel! konon di kota lain masakan Padang cukup tersohor buat orang lokal juga. di tempat-tempat inilah sering berkumpul orang2 dengan pekerjaan beragam, dari beragam level demi kerinduan makanan tanah leluhur.

will it be my 3rd longtermliving-town? Wallahualam-Bissawab.. :D

kuala lumpur


First time went to KL on Sept 1st, 2009,

Tidak pergi ke pusat kotanya, hanya melewati Ring Road antar highway dari arah Sepang (Kompleks Kuala Lumpur International Airport-Low Cost Carrier Terminal atau KLIA-LCCT) langsung ke Kuantan.. sisi tepi KL nampak kosong. tidak 'seberat' tepian Jakarta a.k.a. Jabodetabek. masih banyak ruang belum terbangun dan pepohonan. Bangunan yang dikonstruksi, mayoritas untuk perumahan rakyat seperti apartment, kondo dan flat, dirancang secara vertikal. Landed house ada juga, tapi bukan di sekitar titik transit moda angkutan massal. Dan entah mengapa mereka nampak hampir seragam.., mirip rumah2 di Kota Baru Parahyangan.
*Analisa pertama gw, Perencanaan di sini mengutamakan fungsi dibanding bentuk. Karena semua nampak sama. Balkon, ramp dan lantai sangat standard. Ga bagus2 amat. Hanya semua sama, tidak nampak adanya titik kumuh sepanjang pengamatan selama ini. Teringat kampung-kampung sepanjang perjalanan Parahyangan Bdg-Jkt yang riuh rendah dengan 'kemeriahan Bekasi' dan 'menak-menaknya Menteng'*

Nampak di kejauhan 2 'jagung' Petronas, dan KL Tower (yang mirip menara TVRI di Senayan, dengan skalanya sekitar 4 kali lebih besar) yang selalu terlihat sampai kita benar2 keluar dan memasuki highway baru. Di jalur ini, yang kemudian nampak adalah duet vegetasi tepian highway, yang melulu perkebunan kelapa sawit atau hutan tropis. Jalan ini mengingatkan Tol Jagorawi yang hijau. Hanya saja antara KL-Kuantan pohon tepinya jauh lebih lebat, karena memang aslinya dulu ia hutan alami. Sesekali nampak gerombolan pohon ini dinaungi awan rendah dan kabut tipis.. Subhanallah, sangat menarik!

Eksplorasi KL pertama terjadi 2 minggu sesudahnya. bersama Miss Astri dan dr Amorn, kami plesir ke area Bukit Bintang. dan mulailah merasakan atmosfer yang berbeda. Tidak se'sumpek' jakarta dan tidak se'klinis' Singapore. Tata kotanya boleh dibilang baik dan humanis. Setiap kawasan memiliki keberpihakan pada pedestrian dengan penyediaan jalur pejalan kaki yang layak dan lega. Jalur transportasi bus-train beragam memberi pilihan bagi warga kota. Jalur hijau banyak ditanami pohon (tidak seperti taman di Bandung yang akhir-akhir ini malah ditanami dengan tanaman hias yang Alhamdulillah banget kalau mereka survive, tapi nampaknya hidup-mati sehingga perlu ditanam yang baru per periode tertentu). Jalanan bersih dari sampah, pengemis, dan PKL. Sepertinya kependudukan British selama 200an tahun sebelum kemerdekaan Malaysia memberi dampak yang baik bagi tata bangunan dan tata kotanya. Sistem yang settled ini dibentuk oleh kelembagaan dan undang-undang bangunan-tata kota yang diadopsi dari sistem serupa di Inggris sana.

Di Bukit Bintang, tempat kami menginap, terdapat banyak hotel yang murah. Lokasi ini biasa diincar oleh kaum backpackers selain sekitaran Terminal Bus Puduraya. Jarak keduanya sebenarnya sangat dekat, sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Di sekitar BB, banyak terdapat area belanja seperti Sungai Wang, Pavilion, Lo' Yat, Berjaya, Bukit Bintang Plaza, dll yang berkumpul (sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Blok M Plaza atau Plaza Senayan di Jakarta). Sering banget, menemui orang Indonesia yang sedang berbelanja, mungkin brand di dalamnya memiliki koleksi yang lebih lengkap, dibandingkan dengan yang ada di Jakarta. Dan beberapa menjual barang yang memang lebih murah. Seperti iPhone kita bisa menghemat 1-2 jutaan bila beli di Lo' Yat (hehe iPhone, tetep!)

Jalur kereta menjadi pilihan rombongan kami selama berjalan-jalan di KL, selain lebih cepat, juga harganya terjangkau. bisa mencoba pengalaman baru melihat kota dari perspektif yang beragam. kadang di atas jalan raya, kadang selevel jalan raya dan sesekali menyelusup di bawah tanah.

Teh Ida, dg background Stesen Medan Tuanku yang platformnya lebih tinggi dari jalan raya.
Pilihannya ada Monorail, LRT dan Commuter Train (KTM). Monorail jelas berbeda, dia diangkat dari lahan tanah dengan jalur 1 garis beton di tengah struktur kereta. Sedang 2 kereta terakhir relatif sama. Di area downtown jalur keduanya di bawah tanah. Sedang di area tepian dan luar KL dia selevel dengan jalan. Yang membedakan antara LRT dan KTM adalah area pelayanan dan keretanya. LRT lebih canggih dan modern, serta hanya melayani jalur-jalur dalam KL. Sedang KTM melayani luar KL dan memiliki kereta dengan kondisi standard (mirip KRL di Jakarta). untuk perjalanan dalam kota KL, dari ujung ke ujung tidak lebih dari RM 2.5. Tapi kalau commuter beragam, bisa lebih mahal dari RM2.5 tergantung jarak. Kereta ini melayani perjalanan ke jarak-jarak jauh seperti Pelabuhan Klang (melewati Shah Alam, Ibukota Selangor), Sentul, Rawang, Seremban (ibukota Negeri Sembilan), dan yang terbaru ke Ipoh (ibukota Perak). Perjalanan paling lama dengan KTM ini ditempuh hingga sekitar 2.5jam perjalanan dan berhenti setiap stesen. Semua moda kereta ini berpangkal di KL Sentral di tengah KL. Hanya monorail saja yang terpisah sedikit. Pengguna perlu berjalan sekitar 500 meter ke jalan yang paralel dengan jalan utama tempat KL Sentral berada.

Satu hal yang menarik lagi adalah taman-taman kota KL yang representatif. Pohon-pohon dengan tajuk tinggi memungkinkan kita berjalan-jalan layaknya bukan di downtown. Di antaranya, terdapat area bermain yang menarik. Bahan lantai bukan bahan keras seperti paving atau aspalt. Tapi ground cover yang 'empuk'. Di taman KLLC, malah ada water feature yang mirip Cikarang waterpark. Hanya saja skalanya lebih kecil. Dan yang penting GRATIS! hahaha..

*just wondering*
Segala fasilitas yang ada di KL ini, gw yakin bisa saja kita punya di Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, atau kota-kota lainnya di Indonesia. APBN kita gede.. sumber daya alam dan manusia juga banyak. Apa yang ga bisa coba?
Trend desain di tanah air pun memang nampaknya menuju ke sana. Wacana optimalisasi ruang publik dan perancangan urban makin gencar. Jurusan Urban Desain di tanah air banyak diminati. Tidak pula sedikit alumni Planologi dan Arsitektur (dari itb, unpar, ui, ugm dll.) yang mempelajari planning juga urban desain untuk jenjang master dan doktor di universitas2 besar di negara maju.
Dari sisi lain, pemerintah kita pasti tidak mau kalah bersaing dengan kota-kota internasional di berbagai belahan dunia. Yang akhir2 ini berlomba menyedot talenta2 profesional muda dari negara lain (untuk bergabung mendukung perkembangan ekonomi dan kemajuan wilayahnya). Selain mengundang investasi perusahaan2 multinasional di wilayahnya masing2..
Rumput tetangga memang jelas nampak sangat hijau. Pastinya membutuhkan kerja keras untuk membangun dan mempromosikan kota2 kita. Bapak2 yth, please jangan terus sibuk dengan 'cicak-buaya', rekayasa menangkap orang2 yang perform, transfer duit sambil 'kedap-kedip' atau mengepung rumah teroris dan diberitakan berhari-hari. Masih banyak yang perlu kita kerjakan. Indonesia punya segala yang potensial lho! :D

kuala pilah


*Masih satu seri dengan perjalanan Melaka, pulangnya mampir ke Kuala Pilah. Kota kecil di deket Seremban (ibukota Negeri Sembilan)*

Mendengar nama Negeri Sembilan, ubun2 gw mendadak mengepul karena emosi jiwa.. :D >korban berita media nasional tentang aneksasi budaya Indonesia oleh orang setempat<. Karena terakhir liat brosur wisata negri ini *agak kecewa*. Covernya bergambar Rumah Gadang. Dan di dalamnya ada baju nikahan ala minang dengan segala aksesorisnya yang lengkap dan sama! :( Teringat pula, ramainya milis2 dan blog2 beberapa saat lalu ketika diumumkan desain Pavilion Malaysia [dalam ajang World Expo 2010 di Shanghai setahun lagi] yang menggunakan atap Bagonjong. *hu uh!*

Berangkat dari Melaka sekitar pukul 3 petang, di tengah jalan Bang Othman dengan santainya berbicara, 'Kita nanti mampir ke Istana Sri Menanti ya.. bagus banget, harus explore..'
[*berfikir* 'Not so interested bang, gw pernah liat langsung Istana Pagaruyung di Baso. dan "istana wannabe" ini pasti tidak sebagus yang aslinya. Yang dulu gw lihat di cover buku wisata itu, proporsi bagonjongnya agak prematur. Bagian ujung Bagonjong yang menaik ukurannya terlalu besar dibanding dengan apa yang pernah gw liat dan gw tahu ttg Rumah Gadang].
Rencana awal si Abang, petang itu juga langsung mengamati Istana Sri Menanti. Ternyata sampai di persimpangan menuju kompleks kerajaan sudah pukul 5 petang. Karena gw dah tidak terlalu berminat dan hari dinilai terlampau petang, akhirnya kunjungan Sri Menanti hari itu gagal. Kita langsung menuju rumah Keluarga Besar Puan Hajjah Mohd Noor, keluarga Bang Othman di sebuah kampung di kaki Bukit Something *yang tidak gw rasa perlu untuk dihapal*.

Sekitar rumah ini mengingatkan kampung2 di Baso dan Bukittinggi, tidak sama persis. namun skala bangunannya mirip, hanya ukurannya lebih kecil2. bila di Minang rumah gadang berdiri sendiri, di Kuala Pilah ini struktur bangunannya terdiri dengan massa bangunan lebih dari satu, sekitar 3-4 massa mungkin. dengan paduan atap yang lebih kompleks. atap utama masih mirip dengan Bagonjong, namun ujungnya menaik dengan lebih landai.
Analisa gw, bentuk ini muncul dari kawin silang antara Rumah Gadang dengan rumah khas Semenanjung Malaysia. struktur ruang sama dengan Rumah Gadang asli di ranah Minang. ada bilik berdoa untuk tempat ustadz memimpin kenduri, dan ada ruang wanita di ujung satunya (wanita sama dianggap penting layaknya sistem matrilineal di Minang), namun kumpulan massa dengan unit-unit kamar yang memiliki struktur sendiri mendekati tipologi bangunan Semenanjung. Detail2 ujung tanduk kerbau dari logam juga masih dipakai. Bagian teras didekorasi dengan keramik dan menggunakan material semen, [atau ubin pada rumah orang yang lebih kaya]. Kalau yang itu mungkin pengaruh pedagang China yang telah berabad singgah di Pesisir Barat Malaysia ini. Mmm paduan yang menarik..

Gambar tempel di ruang tamu seperti di Restoran Padang yang biasa gw temui di Bandung, berupa kain bludru gelap klasik berbordir emas bergambar standard *Rumah Gadang-pohon kelapa-semak belukar-Gunung Singgalang* bertuliskan Bukittinggi :D!. Ibu Bang Othman, Puan Noor, dengan bersahaja mengenalkan diri beliau. Menyapa dan melanjutkan pembicaraan. Bahasan tentang gempa di Pariaman menjadi topik utama, cerita beliau tentang kunjungan ke Minang serta saudara2 dari keluarga besar di sana juga mendominasi. Meski telah turun temurun merantau, beliau masih ingin berkunjung ke tanah leluhur di Sumatra Barat.. dan untuk keseharian, Puan ini masih mempraktikkan bahasa minang, meski dialeknya sangat berbeda karena tercampur logat Melayu.
*T.T OMG, ternyata mereka benar2 orang minang!*

Panas di ubun-ubun lumayan mereda, dengan perlakuan Puan Noor, putra-putri, dan cucu2nya yang satu demi satu datang mendengar kepulangan abang membawa teman dari Indonesia (gw!). Keluarga ini sangat ramah, bahkan mereka mengadakan jamuan dengan Masakan Padang modifikasi dengan selera Melayu. Setiap sesi makan, pasti semua berkumpul membentuk lingkaran di hall keluarga. Membahas kondisi anggota keluarga satu persatu. *Jadi inget kebiasaan orang Bugis saat gw dulu tinggal di rumah Idham selama KP di Makassar..*
Pagi esoknya, Bang Othman tetap mengajak ke Sri Menanti. Demi mengisi waktu gw iyain juga. Sebelum berangkat, kita mengantar Puan Noor ke Pasar Desa yang hanya buka setiap hari Minggu. Di sana, semua isi pasar mengenal dan saling menyapa. Seperti ajang reuni, terutama buat anggota komunitas yang merantau. Jadinya acara ke pasar ini lebih didominasi kumpul-kumpul dan perkenalan gw ama kerabat Bang Othman. Hampir semua keturunan Minang pula :D.

Setelah itu kita menuju Istana Sri Menanti. Di luar dugaan, istananya bukan 'Pagaruyung wannabe' yang gw lihat di cover buku wisata. Dia sangat cantik! Bangunan ini dirancang oleh arsitek berkebangsaan Inggris yang bekerja sama dengan seniman kayu serta ahli konstruksi Melayu. Hampir sama dengan struktur Ruang Minang di Pagaruyung. Tapi skalanya lagi2 lebih intim dan ruang-ruangnya lebih kecil.Dia merupakan bangunan yang pernah gw lihat sebelumnya di poster kunjungan heritage Malaysia *sudah menjadi target saat melihatnya di Kedubes Malaysia di Kuningan*. What a surprise! :D
Saat itu, Istana sedang dihias dengan sangat meriah. Empat hari setelah kunjungan gw, akan ada pelantikan Sultan yang baru. Saat itu kegiatan dekorasi belum selesai benar. Warna kerajaan *hampir sama dengan minang* merah-kuning-hitam mendominasi setiap jengkal pencapaian dan kompleks istana.

*hehe.. Makanya jangan Suudzan dulu cuy..*
Kompleks istana di Malaysia tidak seperti istana-istana di Jawa atau di Indonesia yang memiliki prosesi ruang yang rumit dan bertahap. dia hanya berdiri pada setting ujung, namun terlihat dari semua titik. Lebih egaliter. Bahkan, persis di samping istana ini sedang dibangun Guest House yang mirip tipologi resort tanpa jarak yang signifikan dari bangunan istana.

Detail-detail struktur dan arsitektur Sri Menanti sangat menarik. Konstruksi kayunya, ukiran berwarna emasnya, juga pengolahan massa bangunan yang bersahaja, tapi tetap elegan. Karena sedang didekorasi untuk penobatan Sultan berikutnya, kami tidak diperbolehkan mengintip lebih lanjut.

Kunjungan Kuala Pilah ini cukup memberi pelajaran tentang judgement gw tentang klaim budaya Malaysia terhadap Indonesia. ternyata tidak sedikit orang Indonesia yang merantau dan tetap mempraktekkan budaya mereka. Ada yang jelas2 masih mempraktekkan budaya asli yang dibawa langsung dari Indonesia sebagaimana adanya seperti Reog dan Kuda Lumping. Tapi ada yang telah dimodifikasi seperti Budaya Minang di Kuala Pilah ini. Mereka tetap mempraktekkan itu secara turun temurun, *gapapa kan? iya juga kata gw, itu kan hak setiap orang untuk berekspresi dan berbudaya sebagaimana ia mau. Praktik itu dia lakukan untuk menunjukkan eksistensi dia pada komunitas yang baru bahwa ia masih bagian dari yang lama. Mungkin lebih sebagai identitas kali y*
Hal ini juga pernah gw bahas saat secara tidak sengaja bertemu dengan Pak Joko dari Indonesia yang menjabat Sekjen Perdagangan Karet seAsia Tenggara di Kuala Lumpur, [Staff Ahli Kementrian Pertanian yang menjadi perwakilan Indonesia untuk ASEAN]. Beliau membahas klaim budaya oleh Malaysia terhadap Indonesia. Ternyata benar, disebutkan dalam hukum internasional tentang Hak Paten dan Kekayaan Intelektual. Selama kita belum melakukan identifikasi budaya sendiri dan melakukan deskripsi teknis tentang budaya apa yang dimaksud ke badan international yang berwenang *gw lupa namanya*, maka itu boleh dipatenkan siapa saja. [Terlepas temuan, benda, budaya atau hasil kesenian tersebut memang asli milik kita atau bukan].

Untuk budaya yang sifatnya 'grey area' [Terutama kebudayaan Sumatra dan Kalimantan dan pulau-pulau di sekitarnya] bila ternyata Malaysia lebih dahulu, pastinya kita kecolongan.. Tapi kalau yang jelas2 itu hanya ada di Indonesia [bukan 'grey area', seperti Reog dan Tari Pendet yang secara logika hanya ada di Ponorogo dan di bali], di Malaysia ada, dipraktekkan turun temurun oleh pendatang tapi tidak berkembang secara signifikan. Perkembangan yang lebih baik ada di Indonesia.
Gapapalah.. kalau ada bule atau turis nanya, dan tertarik lebih lanjut, pasti mereka akan ke indonesia.. dan mendapatkan yang jauh lebih baik. hanya saja pengemasan paket wisata dan infrastruktur di Indonesia yang masih belum sebaik di Malaysia. Yo itung2 etalase dan promosi gratis kata si Bapak.. supaya turis2 nanti berkunjung ke Indonesia. :D

oo gw jadi paham, seperti Dept Pariwisata di Indonesia perlu bekerja lebih giat untuk menginventarisasi dan mendefinisikan budaya kita sendiri dengan lebih baik supaya tidak diambil alih oleh orang lain dengan mudahnya.. OK Dinas Pariwisata, ganbatte-ne!! semangat ya Pak-Bu.. :D, ojo sampe kecolongan neh hehe, karena kita sudah pusing denger komplain di media yang tidak kunjung selesai..

melaka


trip ke melaka ini sama sekali tak terbayang..

Bang Othman tiba-tiba menelpon dan meminta putar haluan dari kunjungan yang tadinya ke Perak untuk pergi ke Melaka sehari sebelum jadwal. Untuk memenuhi tugas mendadak wawancara calon mahasiswa diploma dan degree UiTM. Karena mendadak itulah, tiket yang sudah terbeli ke Perak terpaksa jadwalnya diaturulang. Dan meetingpoint diganti dari Ipoh menjadi KL pukul 12 dini hari!

Berteman acara live Siti Nurhaliza dan rekan (mirip KD show bertahun2 lalu-Trans) di kedai minum Melayu di Pekeliling. Akhirnya bertemu si abang setelah 5 tahunan ga jelas kabarnya. Persis sesuai prediksi semula, perut beliau makin 'menjadi'. Dan selera akan musik2 ajaib tidak berubah (FYI, dulu jaman di Bandung, hobi beliau melihat Inul di TV nasional). Tapi sekarang sepertinya agak mendingan. lagu2 yang diputar Gambus-Remix dan aransemen aneh (kompilasi lagu2 boysband yang digabung dengan lagu berirama gambus-tekno) melantun sepanjang high way south-west coast.. *ew*
Sesampai Melaka, kita berputar2 nyariin Puri Hotel di Jonker Walks, karena si Abang juga belum tahu posisi Jonker Walks, walhasil sejam sampai jam 3am kita meluncur tanpa arah di tengah gelapnya malam. Sampai akhirnya bertemu 'a Chinese Guy' yang duduk2 di pelataran ruko (sepertinya abis pesta, dengan dandanannya klimis dan aroma2 tidak halal yang tercium kuat). Orang ini memberi informasi letak Puri Hotel yang ternyata tidak jauh dari Crist Church yang kita kitari 4 kali tanpa orientasi.
Alhamdulillah akhirnya nyampai kamar, ga sempet merem karena takut kelewat Shubuh, jadinya ngobrol ngalor-ngidul. Cerita kerjaan dan keluarga..
[Masih sama aja gaya bicara si Abang. Nampak jelas dia mencoba memasukkan dialek2 indonesia yang sepertinya ia rindukan untuk dipraktekkan dengan akhiran sih dan dong yang terdengar ganjil meski dengan konteks pemakaian yang tepat. he has already been indonesian partly :D]

pukul 7 pagi, Bang Othman sudah harus pergi ke lokasi wawancara UiTM di Lendu, dan gw putuskan untuk berpetualang sendiri setelah sarapan. Berawal dari sekitar Jonker Walks, dengan metode pak Riyadi jaman KKL langsung menyusur lorong2 shophouses. Secara tidak sengaja menemukan banyak sekali spot wisata dan bangunan tua yang menarik, Ada Kuil Cheng Ho, Museum Rumah Melayu Peranakan, Masjid Kling, Ruko2 dengan detail yang luar biasa [mulai dari dinding, atap, bumbung, jendela.. wah.. secara visual sangat kaya!]. Memori kamera 2gb langsung terisi separuh. Battery juga langsung hampir wafat. Makanya diputuskan balik hotel dan prepare sekaligus bersiap keluar tengah hari kemudian.

Berbekal selembar checklist lokasi kunjungan yang dibagi gratis di lobby, pukul 12 tengah hari keluar hotel. Matahari sangat terik! dan daftar kunjungan sangat banyak. Baru nyadar, kalo dompet plus semua receh tertinggal di mobil si Abang yang berangkat wawancara tadi pagi. jadinya ga ada duit untuk nyobain becak dangdut yang ada dimana-mana. Ga bisa naik river cruise, dan ga mungkin nyetop taksi. Ga bisa beli minuman kaleng juga makan siang. Dan yang paling sedih, dah di depan obyek2 menarik [Museum Cheng Ho, Museum Rumah Melayu, Museum Pemuda Malaysia, Museum Maritim, dan Stadhuys] tapi ga bisa masuk!
[saat itu gw nyadar betapa kaum2 backpackers membutuhkan mental yang kuat, juga komunikasi yang baik untuk sekedar membunuh waktu, dengan bercakap ama siapa saja. Di lokasi2 kunjungan saat beristirahat, beberapa turis yang ketemu pada ngajakin ngobrol. Ada yang dari Singapura, ada yang dari Eropa timur, ada juga dari China.. dan saat bosen ngobrol, hiburan satu2nya yang aku miliki hanya laptop dan broadband yang menghubungkan dg dunia internet, meski siap mati kapan saja bila batterynya abis]

Tanpa duit sedikit pun, walhasil jalan2 di Melaka hanya bisa mengamati eksterior dan detail fasad bangunan kuno saja. Ada yang dibangun sejak jaman intrusi Pedagang China-Arab. Ada yang didirikan semasa Kependudukan Portugis, peninggalan Kolonialis Belanda sampai saat dikuasai oleh Inggris. Untungnya semua obyek dapat ditempuh dengan jarak berjalan-kaki. Susunan kotanya lumayan kecil dan kompak. Sehingga saat Ashar, hampir semua list kunjungan terpenuhi.
Paduan arsitektur dari beragam periode sejarah dan permukiman yang beragam menyatu dengan cukup menarik. Lorong-lorong sempit memiliki suasana ruang yang khas. Dan yang mengagumkan, semua masih terawat dengan baik pula. Tidak salah, Unesco menobatkan kota ini sebagai Kota Warisan Budaya Dunia.
Karena hampir semua obyek sudah diamati, dan ketertarikan mengunjungi kota yang lain, Sorenya setelah seharian mewawancara calon mahasiswa, Bang Othman memutuskan pergi ke kampung halamannya di Kuala Pilah. Konon disana kompleks kerajaan Negeri Sembilan. sekaligus bertemu keluarga besar si Abang. yang dulu jaman di bandung banyak dia ceritakan..

So guys, next time, bila ada liburan entah wiken atau panjang saat liburan semester, bisa kontek saya.. dengan senang hati mengantar juga menelusuri ulang jalur perjalanan. Masih pengen masuk ke list kunjungan yang belum sempet di lihat dalemannya :D

universiti teknologi petronas



blend with tropical rain forest inside
dari dulu dah denger tentang kampus ini. Konon dibangun di atas lahan bekas USM (University Sains Malaysia) yang terletak di kota baru sekitar 30 menit ke arah Lumut (jetty ke Pangkor Laut) dari ibukota Negeri Perak, Ipoh. Ipoh ini sendiri berjarak 250 km-an ke utara dari KL. UTP dirancang oleh arsitek kelas dunia berkebangsaan Inggris yang juga banyak berkiprah di kota2 besar Eropa serta Amerika, Sir Norman Foster.

ide yang ditawarkan SNF terbilang baru untuk negara berkembang (Malaysia saat itu) dengan tetap mempertahankan hutan hujan tropis eksisting sebagai bagian yang menyatu dengan bangunan dan lansekapnya. Bangunan disusun dengan pola bintang yang elemen garisnya berupa lengkung. setiap 1 garis lengkung merupakan zona yang berbeda mengidentifikasikan jurusan yang berbeda pula. seiring dengan perkembangan zaman, benar saja sekitar lahan banyak dikembangkan menjadi property dan real estate baru. sedang kampus UTP masih memiliki fitur hutan alami. dengan atmosfer yang sangat berbeda. di tengah kampus yang super-duper modern masih memiliki jungle-track dan Central-Park yang jauh lebih lebat dengan koleksi lebih beragam dibanding Kebun Raya Bogor.


desain bangunan boleh dibilang sederhana, sangat fungsional, tapi tetap modern dengan dominasi garis horisontal dan bukaan acak yang tersebar di setiap fasadnya. elemen estetis muncul dari konstruksi tenda pada ruang lansekap semi outdoor. tenda lengkung yang menghubungkan zona-zona akademik yang berbeda menaungi jalur pedestrian dengan skala yang gigantis. pertemuan-pertemuan garis lengkung ini menimbulkan pemandangan yang tidak terduga di daerah ujung 'bintang'. di titik keluar (Counselor) terdapat perpustakaan dan auditorium dengan proporsi gigantis ala parthenon (yunani). tiangnya tinggi terbuat dari beton bertulang tanpa finish mengitari void setinggi 10 lantai. ruang-ruang fungsional nampak intim, kecil dan kompak, namun ruang luar dan ruang-ruang antara nampak luas, lega dan membebaskan pengguna beraktivitas.. pengguna pasti tergoda untuk mendongak dan mendapatkan komposisi elemen bangunan yang menarik dengan skala raksasa.

demikian arsitek dan urban designer bisa menciptakan perilaku pengguna kawasan. students, staffs dapat bekerja dengan baik dan tenang dengan kualitas lingkungan premium yang mereka bisa dapat. kampus pun menjadi kebanggaan korporat Petronas setelah menara kembarnya yang tersohor di bandar utama. kesan elegan tidak lepas dari UTP bagi pengunjung dan warga sekitar. good job Sir

sept 09 mengenal malaysia

been here for 10 days and i found something interesting about malaysia,

kesan pertama kali datang cukup baik. jalanan mulus, kota bersih, hampir tak nampak slum area. rumah susun dibangun di sepanjang jalan antara LCCT ke KL. sesekali berhenti untuk sholat di rest area, lagi-lagi terlihat bersih, entah bangunan baru atau emang maintenancenya oke. gw pikir opsi pertama karena hampir semua terlihat gres
Kota sebesar KL dilengkapi dengan Monorail, KL line (subway) dan bederet nama kereta yang tidak mudah untuk dihapal dengan cepat. Tapi mobil banyak juga. macet ya juga.. tapi ga segila jakarta. [padahal penghuni KL jauh di bawah penghuni Jakarta]
mall jadul dan baru bertebaran.. sebanyak bule berbaju mini di tengah ramadhan (yang kalau di indonesia mungkin sudah diberantas ama FPI).
pertama beli di seven eleven, harga snack dan consumer goods 2 kali lipat dibanding di indonesia. Gw bandingin dari harga oreo ama jeruk yang emang biasa dikonsumsi di bandung. tapi ternyata ga juga, begitu nemu kedai bimbit yang menjual iPhone 3GS 16 gigs (OMG!) seharga 2850 MYR, mmm..
mungkin laptop murah juga kali ya, tapi sepengetahuan gw SLR Nikon emang sebelas-duabelas dengan di jkt. so perlu mempelajari struktur harga dengan lebih baik lagi.

Lanjut ke Kuantan, alhamdulillah kotanya tak sepadat Jkt atau KL. dan akses internet baik. namun penyebutan kata Indon sebagai pengganti Indonesia makin merajalela. sayang sekali orang Indonesia juga melakukan hal yang sama. [maksudnya ikut-ikutan nyebut Indon] Setahu gw, panggilan indon bermakna merendahkan. ibu2 yang sedang ambil s3 di UPM pun mengamini. Beliau menjelaskan indon setara dengan 'in down' aka. lebih rendah. sepanjang pertemuan dengan orang yang menyebut indon ibu ini dengan sabar menyanggah. 'Indon itu apa?' 'Tidak ada negara namanya Indon, adanya Indonesia..'. *plokplokplok*

dan beberapa hari kemudian aku baru tahu, kalau anak sekolah. bahkan sampai kolej atau pun degree semua mendapat pinjaman jangka panjang (20tahunan) dari pemerintahnya. demikian pula kepemilikan mobil dan laptop. mereka baru cicil setelah dapat kerja, dan lagi-lagi jangka panjang. FYI, pemberi kerja di Malaysia sangat mendukung kemajuan bumiputeranya. sehingga tingkat gaji lebih baik. Jadi inget jaman kerja di Aceh dan Jakarta, bule dan lulusan luar negeri gajinya 5 kali lipat dibanding orang lokal. ko Indonesia dan Malaysia sangat berkebalikan ya? *gw jadi paham mengapa mereka begitu cinta dengan negaranya*

above all, there are plus and minuses, nothing can be compared to my beloved Indonesia.
[just wondering when government be more respect to our own citizen]