07 February, 2010

melaka


trip ke melaka ini sama sekali tak terbayang..

Bang Othman tiba-tiba menelpon dan meminta putar haluan dari kunjungan yang tadinya ke Perak untuk pergi ke Melaka sehari sebelum jadwal. Untuk memenuhi tugas mendadak wawancara calon mahasiswa diploma dan degree UiTM. Karena mendadak itulah, tiket yang sudah terbeli ke Perak terpaksa jadwalnya diaturulang. Dan meetingpoint diganti dari Ipoh menjadi KL pukul 12 dini hari!

Berteman acara live Siti Nurhaliza dan rekan (mirip KD show bertahun2 lalu-Trans) di kedai minum Melayu di Pekeliling. Akhirnya bertemu si abang setelah 5 tahunan ga jelas kabarnya. Persis sesuai prediksi semula, perut beliau makin 'menjadi'. Dan selera akan musik2 ajaib tidak berubah (FYI, dulu jaman di Bandung, hobi beliau melihat Inul di TV nasional). Tapi sekarang sepertinya agak mendingan. lagu2 yang diputar Gambus-Remix dan aransemen aneh (kompilasi lagu2 boysband yang digabung dengan lagu berirama gambus-tekno) melantun sepanjang high way south-west coast.. *ew*
Sesampai Melaka, kita berputar2 nyariin Puri Hotel di Jonker Walks, karena si Abang juga belum tahu posisi Jonker Walks, walhasil sejam sampai jam 3am kita meluncur tanpa arah di tengah gelapnya malam. Sampai akhirnya bertemu 'a Chinese Guy' yang duduk2 di pelataran ruko (sepertinya abis pesta, dengan dandanannya klimis dan aroma2 tidak halal yang tercium kuat). Orang ini memberi informasi letak Puri Hotel yang ternyata tidak jauh dari Crist Church yang kita kitari 4 kali tanpa orientasi.
Alhamdulillah akhirnya nyampai kamar, ga sempet merem karena takut kelewat Shubuh, jadinya ngobrol ngalor-ngidul. Cerita kerjaan dan keluarga..
[Masih sama aja gaya bicara si Abang. Nampak jelas dia mencoba memasukkan dialek2 indonesia yang sepertinya ia rindukan untuk dipraktekkan dengan akhiran sih dan dong yang terdengar ganjil meski dengan konteks pemakaian yang tepat. he has already been indonesian partly :D]

pukul 7 pagi, Bang Othman sudah harus pergi ke lokasi wawancara UiTM di Lendu, dan gw putuskan untuk berpetualang sendiri setelah sarapan. Berawal dari sekitar Jonker Walks, dengan metode pak Riyadi jaman KKL langsung menyusur lorong2 shophouses. Secara tidak sengaja menemukan banyak sekali spot wisata dan bangunan tua yang menarik, Ada Kuil Cheng Ho, Museum Rumah Melayu Peranakan, Masjid Kling, Ruko2 dengan detail yang luar biasa [mulai dari dinding, atap, bumbung, jendela.. wah.. secara visual sangat kaya!]. Memori kamera 2gb langsung terisi separuh. Battery juga langsung hampir wafat. Makanya diputuskan balik hotel dan prepare sekaligus bersiap keluar tengah hari kemudian.

Berbekal selembar checklist lokasi kunjungan yang dibagi gratis di lobby, pukul 12 tengah hari keluar hotel. Matahari sangat terik! dan daftar kunjungan sangat banyak. Baru nyadar, kalo dompet plus semua receh tertinggal di mobil si Abang yang berangkat wawancara tadi pagi. jadinya ga ada duit untuk nyobain becak dangdut yang ada dimana-mana. Ga bisa naik river cruise, dan ga mungkin nyetop taksi. Ga bisa beli minuman kaleng juga makan siang. Dan yang paling sedih, dah di depan obyek2 menarik [Museum Cheng Ho, Museum Rumah Melayu, Museum Pemuda Malaysia, Museum Maritim, dan Stadhuys] tapi ga bisa masuk!
[saat itu gw nyadar betapa kaum2 backpackers membutuhkan mental yang kuat, juga komunikasi yang baik untuk sekedar membunuh waktu, dengan bercakap ama siapa saja. Di lokasi2 kunjungan saat beristirahat, beberapa turis yang ketemu pada ngajakin ngobrol. Ada yang dari Singapura, ada yang dari Eropa timur, ada juga dari China.. dan saat bosen ngobrol, hiburan satu2nya yang aku miliki hanya laptop dan broadband yang menghubungkan dg dunia internet, meski siap mati kapan saja bila batterynya abis]

Tanpa duit sedikit pun, walhasil jalan2 di Melaka hanya bisa mengamati eksterior dan detail fasad bangunan kuno saja. Ada yang dibangun sejak jaman intrusi Pedagang China-Arab. Ada yang didirikan semasa Kependudukan Portugis, peninggalan Kolonialis Belanda sampai saat dikuasai oleh Inggris. Untungnya semua obyek dapat ditempuh dengan jarak berjalan-kaki. Susunan kotanya lumayan kecil dan kompak. Sehingga saat Ashar, hampir semua list kunjungan terpenuhi.
Paduan arsitektur dari beragam periode sejarah dan permukiman yang beragam menyatu dengan cukup menarik. Lorong-lorong sempit memiliki suasana ruang yang khas. Dan yang mengagumkan, semua masih terawat dengan baik pula. Tidak salah, Unesco menobatkan kota ini sebagai Kota Warisan Budaya Dunia.
Karena hampir semua obyek sudah diamati, dan ketertarikan mengunjungi kota yang lain, Sorenya setelah seharian mewawancara calon mahasiswa, Bang Othman memutuskan pergi ke kampung halamannya di Kuala Pilah. Konon disana kompleks kerajaan Negeri Sembilan. sekaligus bertemu keluarga besar si Abang. yang dulu jaman di bandung banyak dia ceritakan..

So guys, next time, bila ada liburan entah wiken atau panjang saat liburan semester, bisa kontek saya.. dengan senang hati mengantar juga menelusuri ulang jalur perjalanan. Masih pengen masuk ke list kunjungan yang belum sempet di lihat dalemannya :D

No comments:

Post a Comment