07 February, 2010

bandung


'wilujeng sumping di Bandung' is Sundanese sentence to welcome you in Bandung, because your coming is our happiness..

Sepuluh tahun dalam periode 1999-2009, sangat cukup untuk menjejakkan kenangan dalam akan Bandung.. kota pegunungan yang padat-dinamis dengan muda-mudi yang selalu siap pasang aksi *lirik lagu 80an :D*. Komunitas kreatif Bandung memang menjadikan kota ini berbeda. kalau belum pernah, silahkan datang, insyaAllah mendapatkan atmosfer baru.. yang segar-alami, sekaligus modern-kontemporer.
Kalau jeli, selain Factory Outlet dan Tangkuban Perahu, ente akan banyak menemukan Distro dan Butik baju, Biro Arsitek (kelas teri sampai urban designer kelas kakap berpraktek), Grup-grup band Indie (yang ujungnya jadi pro, ga cuma beken di Indonesia tapi nembus Malaysia dan Singapore..), radio2 dengan siaran musik dan hiburan yang selalu update, cafe-cafe dengan konsep baru, industri rajut, industri kaos, bisnis dekorasi, fotografi, museum patung, dan buanyak lagi..
siapa ga kenal Melly? Nyoman Nuarta? Sunaryo? 347? Urbane? Peterpan? Fitri tropika? Sogi? Ringgo? Dan sederet nama yang menjamin dinamisnya bandung dengan ide-ide segar dan bekerja sesuai dengan hobinya. Kelompok ini didominasi oleh kaum mudanya. Unik, ga boring and very fresh..

Buat yang masih beginner tentang Bandung. Cerita tentang kota ini bisa jadi panjang dan lebar. karena setiap tempat memiliki kekhasan yang membuat dia beda. Based on my interest, berikut list rekomendasi kalo mau jalan ke Kota Bandung..

Pertama, gedung-gedung art deco di kitaran Braga dan Asia Afrika juga bangunan kolonial peninggalan Belanda yang tersebar rata. Beberapa gedung masih berdiri sebagaimana aslinya. Dan tetap dilestarikan untuk menandai perjalanan 'Parijs van Java' yang di awal dihias dengan serius oleh arsitek-arsitek asing (yang bisa jadi beken saat itu).
Untuk berziarah kawasan bersejarah, direkomendasikan mengunjungi Braga, Pertokoan Pasar Baru dan Gempol. Braga merupakan lokasi tempat konsentrasi tipologi perdagangan kolonial yang mewah di jaman penjajahan. Sedang Pasar Baru adalah tempat perkembangan tipologi rumah-toko yang mengadopsi bentukan arsitektur China yang bersatu dengan arsitektur Hindia Belanda. Pada tahap awalnya bangunannya mirip kota-kota tua di nusantara yang berkembang dengan arcade bersempadan nol. Sayang sekali sebagian besar sudah diubah bentuk menjadi bangunan modern. Tapi kalo jeli, masih menemukan sisa peninggalannya di beberapa titik. Dan yang terakhir permukiman berlapis struktur sosial di Gempol (belakang Gedung Sate). Coba amati dengan baik 'kekompakan' struktur ruang Karsten, yang tidak membuat kaum 'Tajir-Medioker-Kere' tersegregasi dengan keras. Sehingga semua bisa hidup rukun bersama-sama. Idealisme sosial yang mendekati kenyataan.

Bangunan kolonial yang tidak jauh dari bentuknya semula karena masih dipertahankan dapat diamati pada beberapa sudut kota antara lain Savoy Homann, Preanger, Aula ITB, Villa Isola, Katedral, Gereja Bethel, Balai Kota, Gedung Merdeka dan masih banyak lagi titik yang menarik. Gedung-gedung ini sekarang masih difungsikan. Beberapa sesuai fungsi asli dan ada yang berubah sesuai dengan kepemilikan properti dewasa ini. Misalnya Savoy tetap menjadi hotel setelah dirombak cukup drastis saat sebelum Konferensi Asia Afrika. Namun Isola berubah dari vila peristirahatan menjadi Gedung Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia a.k.a IKIP Bandung

Kedua, gedung-gedung baru yang menandai berkembangnya arsitektur kontemporer. Bangunan jenis ini yang gw tahu banyak terdapat di daerah Dago yang memang terkenal masih asri dan segar, dengan kontur alamnya berupa perbukitan. Misalnya Galeri Sunaryo (desain Baskoro Tedjo) yang mengolah bentuk 'selasar' (coridor dengan atap kecil yang menempel pada bangunan induk dengan skala yang intim), Gedung Disc Tara (desain Ahmad D Tardiyana, yang terbangun sekitar 90an dengan pendekatan modern architecture di Dago), Dan yang terbaru yang lagi heboh, Rumah Botol Kratindaeng’nya Ridwan Kamil yang tersusun dari sekitar 40.000 botol kecil sebagai struktur dindingnya. Karya lain seperti hunian rancangan Tan Tjang Ay, Tan Tik Lam, untuk tipologi hunian cukup memberi dinamika perencanaan dan pembangunan Bandung dewasa ini. Untuk lebih lengkapnya, silahkan ‘googling’ sendiri, hehe..

Ketiga, tempat-tempat belanja baju bagus-murah dan makanan enak yang kedainya nyaman :D.
List rekomendasi Factory Outlet buat yang nyari kaos2 unik di 'Heritage' (di kompleks Factory-Outlet Jalan Riau), sedang brand items dengan koleksi terbaru banyak ditemui di 'Rumah Mode' (Kompleks FO di Jalan Setiabudhi), Tempat makan tersebar di banyak lokasi, tapi menurut gw yang paling menarik dari sisi suasana : 'Kampung Daun' di Triniti, 'Warung Lela' di Ranca Kendal. 'Kampung daun' dirancang secara landscape memiliki view dalam site. Sedang Warung Lela, memiliki atmosfer butik klasik dengan harga yang sangat terjangkau.
Kalau mau yang banyak pilihan untuk makan beramai-ramai, dengan memperhatikan kaum muda-mudi Bandung berkumpul, bisa mencoba Mall Parijs van Java (PvJ), Cihampelas Walk (Ciwalk), atau cafe2 yang subur di sepanjang Dago dan Ranca Kendal di bagian atas. Pada momen khusus, terutama weekend, biasa dimeriahkan dengan live performance local artist. Buat yang hanya mau camilan bisa juga mencari Brownies Kukus, KartikaSari (dua2nya ada di Dago), atau Cizzcake di Jalan Laswi (Terusan Riau),
for me, those are the best food shops in town.

Keempat dan terakhir, buat yang agak-agak memiliki visi kerakyatan. Untuk mencoba 'aseli'nya Bandung, bisa datang di Pasar Rakyat yang hanya buka di hari Minggu. Titiknya ada 2, yang satu dekat 'downtown', di depan Gedung Sate, namanya lapangan Gasibu, dan yang satu lagi agak ke tepian, namanya Punclut. Di dua lokasi ini, Semua benda dijual murah. Sayur-mayur dari Lembang pada 'turun gunung'. *Brokoli seharga 2ribuan, nanas madu 3ribuan, susu murni 4ribu seliter, baju-baju distro dan outlet banting harga sekitar 30ribuan. Tapi musti pilih2 dengan cermat!*,
Untuk nyobain selera lokal yang didominasi oleh sayuran dan buah-buahan semi mentah, bisa mencoba Lotek, Rujak, dan Gado-gado. Titik kedainya di Jl Kyai Gede Utama, di belakang Borromeus. Jenis-jenis ini selain murah meriah juga memiliki keunikan rasanya tersendiri. Makanan khas Sunda memang tidak banyak diolah terlalu rumit. Selain mudah juga masih banyak mengandung serat, cocok buat yang sedang diet dan vegetarian..

Nah, silahkan mencoba..:D

No comments:

Post a Comment